Nenek ini tinggal di gubuk reyot, tolak bantuan bedah rumah

Nenek di Bali ini tinggal di gubuk reyot, tolak bantuan bedah rumah
Nenek Ni Wayan Bawak. ©2016 merdeka.com/gede nadi jaya

kabarRepublika - Tidak selamanya kehidupan dianggap layak bisa dinikmati dengan indah. Seperti dialami Ni Wayan Bawak, nenek berusia 75 di Jembrana, Bali. Dia justru memilih untuk tinggal digubuk reyot dari pada menerima jatah bedah rumah diberikan padanya.

"Saya sudah terbiasa hidup di tempat seperti ini. Apalagi saya juga sudah tidak akan hidup lama lagi, berikan pada yang lebih membutuhkan saja," kata nenek Bawak di gubuknya di Banjar Pangkung Medahan, Desa Pulukan, Pekutatan kabupaten Jembrana Bali, Jumat (9/9).

Dengan nada tersengal-sengal, Bawak bercerita tentang bagaimana dirinya bertahan hidup selama ini. Katanya, sejak belasan tahun dirinya sudah hidup bersama anak perempuannya, sejak suaminya meninggal. 

Dia juga menuturkan kalau punya seorang anak perempuan dalam kondisi keterbelakangan mental. "Punya anak perempuan pertama diasuh sama saudara. Tetapi yang kedua bersama saya, dia ada keterbelakangan mental," ungkapnya. Namun, dia enggan menunjukkan anak gadisnya di dalam gubuk.

Diakuinya, gubuk reyot dibuatnya sendiri ini berada di tanah milik saudaranya. Di tanah ladang tersebut dirinya hanya mengharapkan belas kasihan dari orang lain untuk makan. 

Kata dia, pemerintah kembali menawarkan dirinya untuk tinggal di rumah layak. Tetapi, dirinya lebih merasa nyaman di gubuk dibangun dari semak semak dan ranting pepohonan. Bahkan, sebelumnya nenek ini justru pernah mendapat bantuan bedah rumah, justru ditinggalkan dan diberikan pada saudaranya untuk menempati.

Saat ini dia hidup di gubuk hanya beratap plastik bekas kulit semen dan beralaskan terpal. Bahkan saat hujan ia mengaku hanya berpelukan bersama anaknya dalam keadaan basah kuyup. 

Ironisnya, jangankan tempat MCK, seluruh aktivitasnya baik masak dan tidur dilakukannya di dalam bedeng setinggi kurang dari satu meter itu.

"Bapak pemerintah sudah banyak bantu saya. Saya ingin hidup seadanya saja," singkatnya.

Sementara itu, lingkungan warga sekitar mengaku sangat prihatin sekaligus kecewa dengan sikap nenek renta ini. Bagaimana tidak, banyak warga bahkan pemerintah berusaha membantu dan memaksa untuk tinggal di rumah layak huni. Sayangnya, nenek ini justru berkukuh untuk tinggal di gubuknya.

"Nenek itu tidak menetap disitu lho pak. Dia pindah dari kebun satu ke kebun warga. Kita terkadang malu dengan warga di desa tetangga jika melihat kondisi nenek itu. Kita nanti dikira menelantarkan, itu tidak benar," ucap salah seorang warga setempat di Banjar Pangkung, Jembrana.

Kepala Dusun atau Perbekel Pulukan, I Wayan Armawa yang dikonfirmasi warganya ini memang masuk dalam buku merah. Ia mengaku bahkan pihaknya sudah memberikan bantuan bedah rumah tetapi justru ditinggalkannya. Bahkan sejak suaminya hidup juga diberikan bantuan beras baik raskin maupun beras lansia termasuk bantuan uang seperti BLT dan bantuan lain. 

"Yang bisa kami lakukan di sini bersama warga hanya berusaha menjaganya. Karena kita juga khawatir dia pergi ke hutan untuk menetap. Apalagi anaknya yang bersamanya cacat fisik keterbelakangan mental," tutup Armawa.

sumber:merdeka.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nenek ini tinggal di gubuk reyot, tolak bantuan bedah rumah"

Posting Komentar